Senin, 18 April 2011

That day ...




a Speechless Surprise
thank you. i'm so sorry. i love you
Malam minggu itu, Hikari diajak jalan oleh Akira. Ini adalah minggu ke empat sejak Hikari dibolehkan keluar di malam minggu oleh orangtuanya. Tentu saja Akira tidak menyia – nyiakan kesempatan itu.  Meskipun ayah dan bunda Hikari tetap memberikan nasihat panjang ketika Hikari meminta izin akan pergi bersama Akira.

Pukul tujuh malam, Akira menelpon Hikari dan memberitahu bahwa ia sudah menunggu di depan gerbang rumah. Hikari bercermin sebentar untuk memastikan penampilannya malam ini cantik seperti biasanya (XD -red), kemudian ia  terburu – buru keluar rumah dan tak lupa pamit pada bundanya. Ya tak jarang Akira bisa ngambek kalau Hikari terlalu lama membuatnya menunggu.

Akhirnya mereka berangkat memakai motor kesayangan yang dibeli oleh hasil keringat mereka sendiri.  Malam itu agak mendung, angin dan sedikit rintik hujan menemani perjalanan mereka. Hikari bertanya sambil sedikit memeluk pinggang Akira,
Hikari : “Kita mau kemana malam ini ?”
Akira : “Aku juga gak tau, kayanya jangan yang terlalu jauh deh. Takutnya kemaleman, aku gak enak sama bunda kamu.”
Hikari : ”Oh gitu, yaudah kita ke MRG aja ya?”
Akira : “Yah MRG tuh selain kesananya macet, pasti rame pula malem minggu ini. Emang km suka yang rame – rame gt ya ?”
Hikari: “Lah kamu mau yang sepi ? di kuburan aja deh sono.”
Akira: “Yeee . . . di kuburan mah nanti ada saatnya (ngok –red). Kita cari tempat makan aja yuk. Aku lagi mau ke tempat yang romantis nih. Kira – kira di mana yah tempat makan yang romantis ?”
Hikari: “Di hatimuu . . . (eaaa Hikari emang suka ga nyambung - red)

Setelah berdiskusi dan sedikit ribut menentukan tempat, akhirnya Akira memilih makan di MD yang konon merupakan Mal pertama yang ada di daerah itu. Sesampainya di sana, mereka segera menuju foodcourt dan memesan makanan.

Makanan telah diantar dan mereka berdua tampak asyik menyantapnya. Sesekali Akira melontarkan leluconnya untuk membuat Hikari tertawa. Padahal dari awal Hikari memang terus tertawa walaupun tidak ada sesuatu yang lucu. Ya Hikari memang sedikit aneh. Tapi itulah yang membuat Akira tidak pernah bosan menghabiskan waktu bersama Hikari. 

Entah kenapa saat itu Akira terus memegang tangan Hikari sambil memandang wajah Hikari dalam - dalam. Akira terus berkata ia sangat suka memandang wajah Hikari. Akira menggenggam erat tangan Hikari sambil menghabiskan makanannya. Lalu, keasyikan mereka terhenti karena tiba –tiba Hikari melemparkan jurus mautnya, (nyindir –red).

Hikari: “Ya makanya kamu donk, beliin aku cincin. Tuh di lantai bawah ada, aku nunggu disini aja trus kamu pilih deh, trus kamu kasih ke aku, ntar aku pura – pura kaget. (Nah kan kadang Hikari nggak sedikit aneh tapi emang aneh –red)
Akira: “Kamu yakin mau cincin? Emang kamu siap hidup ama aku ?”
Hikari: “Ye cape deh, secara cuma cincin doank, apaan sih kaya gitu pake ditanya segala. Ya siap mah bisa diatur. Siap – siap ajalah. Kamu kali tuh yang gak siap. (Oke selain Hikari aneh, dia juga emosian -red)
Akira: “Iya, tapi kamu siap gak sih hidup ama aku?
Hikari: “Ye, dibilangin..  Siap mah bisa diatur. Kenapa sih kamu?”
Akira: “Hmm . . . Kamu tahu gak sih? Ketika aku memberi cincin itu tandanya aku serius dan sudah siap untuk hidup bareng kamu.”

JDANG. Mendengar perkataan itu Hikari agak tersinggung dan langsung berpikiran negatif, nadanya pun agak meninggi.

Hikari: “Oh jadi gitu ya. Berarti maksud kamu, kamu emang gak siap untuk hidup bareng aku kan. Kenapa? Kamu takut ya hidup bareng aku?

Sambil berusaha untuk melepaskan tangannya.

Akira: “Ih jangan lepasin tangan kamu. Emang apa yang kamu tangkep dari perkataan aku barusan ?
Hikari: “Ya kamu lagian. Ngeselin banget. Nyakitin tau gak. Mending ga usah ngomong deh. Udah ah gak usah dibahas, aku males bahasnya. Aku juga gak perlu cincin kok, gak usahlah nanti aja kalo emang kamu udah siap.” 

Hikari masih berusaha melepaskan tangannya.

Akira: “Ih kamu, udah tangannya sini aja. Emang kata –kata aku salah ya? Apanya sih yang salah?”
Hikari: “Yaudah aku cukup tau aja ya, dari kata – kata kamu aku cukup tahu kalau kamu gak siap sama aku. Jadi ya udah, aku emang gak pantes sih sebenernya. Jadi ya udah gak usah dibahas lagi, aku juga ga akan ngebahas lagi.”

Selain suka gak nyambung, agak aneh, emang aneh, suka nyindir, dan emosian, Hikari juga orang yang gampang terharu. Entah itu bahagia, atau sedih, ia mudah untuk mengeluarkan air mata. Saat itu pun Hikari sudah mulai berkaca – kaca.

Akira: “Oh gitu yah, maaf ya kalau aku salah bicara…

Akira terdiam sebentar, sambil terus menggenggam erat tangan Hikari, ia menatap Hikari dalam –dalam.

Akira: “Tapi disini aku mau bilang ama kamu, bahwa aku serius dan siap untuk hidup sama kamu.”

Sambil mengucapkan kata – kata itu, Akira mengeluarkan kotak kecil dari jaketnya dan menggenggamnya bersamaan dengan menggenggam tangan Hikari. Hikari yang merasakan suatu kotak di genggamannya, kaget tidak dapat berbicara apapun. Hikari diam selama beberapa detik, kemudian ia mulai tertawa kecil. Hikari terus tertawa sambil memukul lengan Akira.  Ia tertawa hingga mulai menangis. Atau entah ia menangis sambil tertawa. 

Hikari terus berkata “kamuu.. ga, ini ga mungkin.. kamu”. Ia tidak dapat melanjutkan kata – katanya. Ia malu, terharu, bahagia, merasa bersalah, semua perasaan itu bercampur sehingga semua kalimatnya tersekat di tenggorokan. Ia hanya tertawa, menangis, dan sesekali memandang Akira.

Kemudian Akira melepaskan genggamannya, ia membuka kotak kecil berwarna coklat itu, mengambil isinya, dan memegang tangan Hikari kembali. Sambil memasukkan benda itu ke jari manis Hikari, ia berkata,

Akira: “Terima ini ya dari aku. Aku sudah siap untuk hidup bersama kamu. Aku sudah siap untuk menjadi pelindung kamu. Melindungi kamu setiap saat dan setiap waktu. Aku harap kamu pun siap untuk hidup bersama aku. Terkadang aku berbicara terlalu menyakitkan, namun aku harap kamu mengerti aku, karena sesungguhnya aku selalu mencintai kamu.  Aku harap aku dapat membahagiakan kamu. Aku akan selalu menjadi pelindung kamu.

Mata Akira mulai berkaca – kaca. Rupanya ia turut haru meluapkan isi hatinya.

Mendengar hal itu, tangis Hikari tumpah. Ia hanya bisa tertawa sambil mengucapkan terima kasih. Ia juga beribu kali mengucap kata maaf. Hikari jadi merasa tidak pantas untuk mendapat perlakuan itu dari Akira, mengingat kesalahan – kesalahannya sendiri.

Ia tidak menyangka bisa mendengar kata – kata yang begitu manis keluar dari mulut seorang Akira. Ia tidak menyangka bisa melihat tindakan romantis dari seorang Akira. Hikari sangat terpesona melihat kharisma Akira yang begitu pria. Tidak seperti cowo pada umumnya yang ditemui oleh Hikari. Tindakan dan kata - kata Akira membuat  Hikari berpikir jernih dan merasa mendapat jawaban.

Betapa bahagianya menemukan seseorang yang begitu bertanggung jawab. Betapa bahagianya menemukan seseorang yang berusaha menjaga dan melindungi dirinya, bahkan ketika ia tidak dapat menjaga dan melindungi dirinya sendiri. Betapa bahagianya menemukan seorang Akira.

Kemudian mereka  pulang. Malam minggu itu sangat gelap. Tapi Hikari dan Akira merasa bahwa malam itu merupakan malam paling cerah di bulan ini.

Hikari pun tidak sabar untuk update tulisan di blog nya mengenai hal ini.

*Dengan segala daya khayal penulis. Hiperbolis penulis. Kebahagiaan penulis.

I Love The Way
© Margo
I love the way you tell me that I’m beautiful,
and the way you make me laugh like no one else.
I love the way you move the hair away from my eyes,
and then kiss me on my face.
I love the way when you take me to the park
and put your hands around my waist
as we watch the sunset together and feel the ocean breeze.
I love the way you'd sing to me at random moments,
and look at me and smile.
I love the way you speak your mind and tell me about your opinions.
I love the way you're not afraid to cry and show your feelings.
I love the way you call me in the middle of the day just to say " I LOVE YOU."
and say how much you miss me.
I love the way you tell your friends about me and smile when you do.
I love the way you whisper into my ear,
the way your voice sounds so close to me.
it feels like I’m dreaming.
I love the way you do all of these and the fact that you're not ashamed to do it.
I love the way you treat me,
and I'm glad to be yours...


I want to thank you God for giving me one more chance
Thank you for everything. You give me that chance.

a Speechless Surprise

1 KOMENGtar:

Anonim mengatakan...

so sweet...

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com