a Speechless Surprise
thank you. i'm so sorry. i love you
Malam minggu itu, Hikari diajak jalan oleh Akira. Ini adalah minggu ke empat sejak Hikari dibolehkan keluar di malam minggu oleh orangtuanya. Tentu saja Akira tidak menyia – nyiakan kesempatan itu. Meskipun ayah dan bunda Hikari tetap memberikan nasihat panjang ketika Hikari meminta izin akan pergi bersama Akira.
Pukul tujuh malam, Akira menelpon Hikari dan memberitahu bahwa ia sudah menunggu di depan gerbang rumah. Hikari bercermin sebentar untuk memastikan penampilannya malam ini cantik seperti biasanya (XD -red), kemudian ia terburu – buru keluar rumah dan tak lupa pamit pada bundanya. Ya tak jarang Akira bisa ngambek kalau Hikari terlalu lama membuatnya menunggu.
Akhirnya mereka berangkat memakai motor kesayangan yang dibeli oleh hasil keringat mereka sendiri. Malam itu agak mendung, angin dan sedikit rintik hujan menemani perjalanan mereka. Hikari bertanya sambil sedikit memeluk pinggang Akira,
Hikari : “Kita mau kemana malam ini ?”
Akira : “Aku juga gak tau, kayanya jangan yang terlalu jauh deh. Takutnya kemaleman, aku gak enak sama bunda kamu.”
Hikari : ”Oh gitu, yaudah kita ke MRG aja ya?”
Akira : “Yah MRG tuh selain kesananya macet, pasti rame pula malem minggu ini. Emang km suka yang rame – rame gt ya ?”
Hikari: “Lah kamu mau yang sepi ? di kuburan aja deh sono.”
Akira: “Yeee . . . di kuburan mah nanti ada saatnya (ngok –red). Kita cari tempat makan aja yuk. Aku lagi mau ke tempat yang romantis nih. Kira – kira di mana yah tempat makan yang romantis ?”
Hikari: “Di hatimuu . . . (eaaa Hikari emang suka ga nyambung - red)
Setelah berdiskusi dan sedikit ribut menentukan tempat, akhirnya Akira memilih makan di MD yang konon merupakan Mal pertama yang ada di daerah itu. Sesampainya di sana, mereka segera menuju foodcourt dan memesan makanan.
Makanan telah diantar dan mereka berdua tampak asyik menyantapnya. Sesekali Akira melontarkan leluconnya untuk membuat Hikari tertawa. Padahal dari awal Hikari memang terus tertawa walaupun tidak ada sesuatu yang lucu. Ya Hikari memang sedikit aneh. Tapi itulah yang membuat Akira tidak pernah bosan menghabiskan waktu bersama Hikari.
Entah kenapa saat itu Akira terus memegang tangan Hikari sambil memandang wajah Hikari dalam - dalam. Akira terus berkata ia sangat suka memandang wajah Hikari. Akira menggenggam erat tangan Hikari sambil menghabiskan makanannya. Lalu, keasyikan mereka terhenti karena tiba –tiba Hikari melemparkan jurus mautnya, (nyindir –red).
Hikari: “Ya makanya kamu donk, beliin aku cincin. Tuh di lantai bawah ada, aku nunggu disini aja trus kamu pilih deh, trus kamu kasih ke aku, ntar aku pura – pura kaget. (Nah kan kadang Hikari nggak sedikit aneh tapi emang aneh –red)
Akira: “Kamu yakin mau cincin? Emang kamu siap hidup ama aku ?”